Ibukota negara Slovenia ini hanya berpenduduk 240.000 jiwa. Baru merdeka 25 Juni tahun 1991. Lepas dari Yugoslavia. Saat ini lagi kekurangan penduduk muda. Banyak yang tidak mau punya anak.
Slovenia berbatasan dengan Austria, Italia, dan Kroasia. Total jumlah penduduk seluruh negara hanya 2 jutaan saja. Dijuluki sebagai negeri hijau di Eropa karena setengah wilayah negara ini masih berupa hutan belantara.
Pantas saja kota Lubjana ini lengang baik pagi maupun malam. Nggak ada kemacetan yang terlihat di kota Lubjana di sepanjang waktu. Lalu lintas lancar lamcar saja. Apa-apa juga murah di sini. Secangkir kopi capucino cuma satu euro, roti kepuasan juga satu euro.
Pernah ada dua masjid di kota ini tapi entah mengapa ketika saya cari sudah tidak ada
Mungkin sudah ditutup atau sudah pindah. Padahal hari ini pengen banget bisa jumatan di masjid Slovenia. Apa boleh buat, nggak bisa kesampaian. Saya belum liat kehidupan orang-orang muslim di salah satu sudut kotanya. Apakah kehidupan muslim masih ada di kota ini?
Tidak ada KBRI di Slovenia. KBRI terdekat adalah KBRI Wina dan KBRI Kroasia. Ke Kroasia bisa ditempuh dengan naik bis selama 3 jam. Sementara ke Wina sekitar 6 jam perjalanan. Sangat jarang orang Indonesia datang ke Slovenia. Bahkan boleh dibilang langka. Seorang sopir taksi sampai terkejut: bagaimana anda bisa tahu negara kami? Untuk apa ke sini?
Tidak banyak tempat wisata menarik di Slovenia. Yang jadi ikon cuma Triple Bridge, Castile di puncak bukit, dan yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah Danau Bled, danau cantik dengan banyak angsa jinak dan ada kastil mungil di tengah danau dengan latar belakang salju pegubungan Alphen.
Untuk sampai Danau Bled kita harus naik bis FlixBus dari terminal Central dengan membayar tiket Pergi Pulang 12 Euro. Busnya berangkat setiap setengah jam. Bus terakhir berangkat jam 18.00 dan balik esok paginya jam enam pagi. Jadi kalau pilih berangkat pagi, sore sudah bisa balik lagi ke kota.
Ada yang pernah ke mari?
Bersama Cak Imam Mahmud, bang Haji Husin Csm, dan Kyai Marketing Anke Anke Dwi Saputro menikmati ketenangan di Lubjana