Selamat Datang Umrah Backpacker #2
Melaksanakan ibadah di tanah suci sungguh merupakan kebahagian tersendiri. Banyak orang yang sudah memiliki harta, mobil mewah, rumah mewah, kebun teh, kebun cengkeh dan emas berlian, namun hingga saat ini belum berniat menunaikan ibadah di tanah suci. Sementara tidak sedikit orang yang memiliki harta secukupnya, namun dimudahkan Allah swt untuk datang ke Baitullah. Berarti mampu melaksanakan ibadah di tanah suci tidak dapat diukur dari kekayaan seseorang melainkan tergantung pada ketulusan dan ketakwaannya kepada Allah swt. Mereka yang memiliki kekayaan materi selalu berdalih bahwa mereka belum mendapat panggilan, atau doa yang belum dikabulkan. Sungguh disayangkan mereka belum merasa terpanggil untuk beribadah di tanah suci, padahal sudah lama Allah swt memanggil untuk datang ke Baitullah. Mereka itu belum merasakan kenikmatan beribadah di tanah suci. Padahal ibadah di tanah suci yang dilandasi ketaatan kepada Allah swt pasti mendatangkan kenikmatan tiada tara sehingga pelakunya selalu berkeinginan untuk datang kembali ke Baitullah.
Seseorang yang umrahnya mabrurah berarti mendapatkan kemuliaan dari Allah swt. Seseorang yang telah mendapatkan kemuliaan Allah swt, tentu berupaya mempertahankan kemuliaan itu. Sehingga setibanya di tanah air, ia akan berupaya untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidupnya. Sungguh luar biasa perjuangan dan pengorbanan seseorang untuk mendapatkan umrah mabrurah, sejak berangkat dari tanah air, setiba di Madinah dan Mekkah dan kembali lagi ke tanah air.
Kita tentu tidak akan melupakan munculnya rasa ketika menginjakkan kaki di Masjid Nabawi, dimana satu rakaat untuk shalat di dalamnya sama dengan 1000 rakaat di masjid lainnya selain masjid al-haram. Kemudian rasa kagum dan haru sudah pasti tidak dapat tertahankan begitu berada di depan makam Rasulullah Muhammad saw, Nabi penghulu kita yang perjuangannya telah kita rasakan sendiri dalam perjalanan hijrahnya yang kita lalui sendiri. Kita pun shalat di Taman Raudhah, tempat antara rumah dan mimbar Rasul di dalam masjid Nabawi. Beliau mengatakan dalam haditsnya bahwa jarak itu adalah taman-taman surga yang dapat kita rasakan keteduhan dan ketenangan hati bila berada di tempat itu. Suatu perasaan yang sangat berbeda dengan tempat di sekitarnya. Maka tak heran kalau setiap waktu orang-orang berlomba memasukinya.
Kita tentu masih ingat saat berada di depan pintu masjid al-haram, hati begitu kagum. Kemudian kita tidak sabar lagi untuk segera menuju ka’bah. Saat melakukan thawaf di putaran awal, di putaran kedua atau mungkin di putaran ketiga, tanpa terasa air mata haru menetes hingga membasahi pakaian ihram. Begitu juga saat shalat di belakang Makam Ibrahim. Di sini, sepertinya setiap orang tidak mau beranjak karena seakan-akan Tuhan berada di dekatnya mendengar semua doa dan permintaan. Kita tentu tidak dapat melupakan, ketika memasuki ruang air zam zam. Saat meminumnya, rasa capai, haus dan dahaga langsung lenyap dan kekuatan terasa muncul kembali. Rasa lelah dan sakit pun lenyap terobati.
Semua kenangan dan amalan ibadah selama berada di tanah suci tidak mudah terlupakan begitu saja. Kita tentu tidak ingin mengotori jaminan-jaminan Allah swt itu dengan kealpaan kita saat kembali ke daerah masing-masing. Kita tidak ingin melakukan perbuatan buruk yang pernah kita lakukan sebelum beribadah di tanah suci. Sebab kemabruran umrah seseorang akan terlihat dari perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya selamat datang umrah backpacker #2, semoga saudara menambah jumlah orang-orang yang berakhlak mulia di negeri ini, baik kepada sesama manusia, kepada lingkungan sekitar maupun akhlaknya kepada Allah swt.
Sampai bertemu lagi di Umrah Backpacker di tahun berikutnya ya…