Di kalangan komunitas EU dan RICH saya memang sering mendapatkan pertanyaan macam beginian. Selama ini saya jawab, buat saya nggak ada masalah. Nah, kalau buat loe nggak masalah, ya nggak apa-apa. jalani saja. Nggak usah terlalu peduli dengan apa kata orang sepanjang loe nggak mengganggu mereka.
Mengapa? Ya karena Islam itu intinya di akhlakul kharimah. Quran itu intinya ijtihad (penafsiran atas realitas) dan masuk surga itu ada banyak pintunya, jangan mau dipaksa terfokus pada satu hal, yang hal itu masih mengundang perbedaan pendapat . Jadi, hidup itu harus nyambung dengan kenyataan hidup. Jangan sampai menolak kenyataan hidup. Makanya Islam itu harus lentur, dan itu sudah pernah dipraktikkan para walisongo, bahkan juga terjadi sejak jaman nabi muhammad. Bukan hanya soal-soal kekinian kontemporer, bahkan untuk hal ibadah mahdoh saja, ibadah wajib semacam puasa, nabi bisa membuat penafsiran hukum yang berbeda untuk umatnya.
Contohnya, saat ada orang bertanya, “Hei nabi kapan saatnya puasa dimulai?” Nabi melihat siapa yang datang. Kalo dari kalangan berpendidikan, yang paham dialog, sering pakai otak untuk berdiskusi, beliau bilang: Baca tuh ayat Quran. Kata Allah tentukan awal puasa berdasarkan manzilah (hitungan bulan demi bulan). Tapi begitu yang datang dan bertanya orang dari kampung, dari pucuk gunung, pikirannya sederhana, jarang ikut diskusi, cukuplah nabi berkata: “Sekarang kamu naiklah ke atas gunung itu dan lihatlah, Jika sudah ada bulan sabit (qomar) di kejauhan ufuk, maka itulah saatmu berpuasa.”
Jadi, saat ketemu tamu yang satu nabi bilang tentukan dengan Manzilah (hitungan bulan), sementara kepada satunya cukup mengatakan lihatlah Qomar (bentuk bulan). Keduanya bermakna bulan. Yang satu bermakna dalam pengertian nama-nama bulan, yang satu dalam pengertian bulan secara fisik. dua-duanya benar. Jadi nggak perlu merasa salah satu yang pasti benar.-
Jadi, kalau anda dalam kaitannya dengan bisnis bertanya mana yang benar,pilih bank syariah atau bank konvensional. Maka jawaban saya adalah dua-duanya benar. Tinggal mantab yang mana hatimu, itu saja. Nggak ada dosa berhubungan dengan bank. dan juga bukan yang masuk kategori riba. Apalagi bank itu, lembaga bisnis, bukan milik perorangan. segalanya ditentukan berdasarkan antarodin minkum (QS An-Nisa), atas kesepakatan berbagai pihak yang terlibat. Dan berhubungan dengan bank, kita sudah memenuhi standar itu. Jadi, hukumnya ya sah, legal, dan halal. Soal berlabel syariah atau konvensional, itu bukan masalah besar. itu soal tekstual dan konstekstual saja. Makanya, pilih yang mantab dan lakukan.
Itu kalau pemahaman saya. Sampeyan ikut saya boleh, punya pemahaman sendiri boleh, yang penting anda meyakini kebenarannya. Kalau enggak juga nggak papa, yang penting jangan merasa paling benar dan seolah semua pendapat lain adalah salah. Wong jaman dahulu saja, imam-imam itu ada empat mahzab besar dan 13 mahzab kecil selalu berbeda pendapat dalam banyak hal dan kenyataannya fine-fine saja kok, nggak pernah ribut, nggak reseh. Yang terjadi mereka saling menghormati pendapat dan pilihan mahzabnya masing-masing: mereka sepakat untuk tidak sepakat dalam banyak hal tapi tidak pernah mengklaim pendapatnya pasti benar.
Meski demikian, biar anda mantab dengan pilihan anda, ijtihad anda, yuuuk setidaknya coba dipikir empat hal berikut ini, kira-kira menurut anda bagaimana? Realistis mana hidup anda dengan mereka yang menteror anda dengan pernyataan-pernyataan yang sepihak dan nggak masuk akal di era kekinian itu. Atas dasar fikin juga ini dan itu.
Kalau menurut saya sih, selama ini orang-orang islam ini kayaknya digiring paksa oleh aliran tertentu dan dikerdilkan pikirannya agar hidupnya tidak sinkron antara pikiran dan kenyataan. Hidupnya dibuat mengawang-awang tapi sebenarnya nanggung. Medioker. Sehingga antara tindakan dan perbuatan nggak nyambung, nggak kongruen, kayak orang kebingungan. terlihat aneh. Bahkan ada yang mengkategorikannya munafik.
Berikut ini beberapa hal yang mendasar saja. Mari kita diskusikan. Di luar itu masih banyak pertanyaan lain yang bisa anda cari sendiri dan pikirkan jawabannya. . 1. Mereka itu katanya menolak riba dan menyamakan riba itu sama dengan bank. Tapi dalam kehidupannya sehari-hari, mereka masih pegang uang kertas dari bank, punya atm, ambil duit ke atm, bayar belanja pakai mesin edc, dompetnya isi uang kertas dan atm semua, transfer juga masih pakai rekening bank. Tengok aja pasti nggak ada emas dan perak di dompetnya, Nah, kira-kita itu sama enggak antara pikiran dengan kenyataan. Atau malah lucu? hehe 2. Mereka katanya menolak kapitalisme, tapi lihatlah setiap hari mereka menikmati produk-produk kapitalisme. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, produk yang mereka pakai produk kapitalis semua. Kalau liat rumahnya pun semua yang ada di rumah itu adalah produk kapitalis. Paling tidak semua kebutuhan rumahnya dibeli di carefour, hypermart, alfamart, indomart dan sebagainya. Nggak ada satu pun yang dibikin oleh tangannya sendiri. Jadi…. menolak kapitalisme dari Hongkong? Hehehe
3. Mereka mencela sains barat, katanya sains itu jauh dari islam, merendahkan agama, tidak sesuai petunjuk Quran, dan sebagainya. Tapi lihatlah hidup mereka, segalanya tergantung pada produk-produk sains itu. Apa yang tidak? Mau handphone, mobil, laptop, facebook, google, mesin cuci, komputer, bahkan berhaji umroh pun naik pesawat boeing atau airbush yang hasil cetakan sains barat. Itu namanya memaki tapi memakai. seperti orang meludah tapi kemudian dijilati itu ludahnya lagi. Nggak ada satu pun yang bikinannya sendiri. Nggak ngaca apa? Mencela tanpa solusi? Siapa yang bego coba? hahaha , 4. Menolak NKRI dan anti Pancasila, ingin mendirikan khilafah. tapi lihatlah setiap hari mereka hidup tetap bertahan di bawah lindungan NKRI dan menikmati berbagai fasilitas atau infrastruktur yang disediakan negara. Mulai jalan, listrik, rumah sakit, sekolahan, tempat ibadah, tanah yang mereka diami, fasilitas umum, surat-surat administrasi, ijazah, sertifikat tanah, dan sebagainya. Kenapa nggak pindah ke tengah samudera atlantik yang masih kosong sana, dan mendirikan semuanya sendiri? lucu kan?.hehe
Coba sekarang dipikir, nyambung nggak hidup mereka itu antara pikiran dengan kenyataan. Atau malah seperti orang mabok dan kebingungan? Hemmm, pakai akal sehat ya mikirnya! – Tapi, ya, sudahlah, mulai sekarang nggak usah membicarakan hal-hal yang anda akan jadi bingung dan nantinya mudah digiring-giring pemikiran tertentu yang ujungnya juga anda tidak tau mau ke mana. Jangan ikut-ikutan apa katanya dan katanya orang. Tuhan sudah mengingatkan di banyak firmannya agar anda berpikir, berpikir dan berpikir. Ayat pertama saja bunyinya Iqra. Ayat-ayat lain banyak yang mengingatkan pentingnya afala takkiluun, tidakkah engkau berpikir.
Maka, splusinya adalah cukup pilih dan yakini yang anda ingin jalankan. Kalau itu salah di mata Tuhan, ijtihad anda itu tetap bernilai di mata-Nya. Dan itulah memang kodrat manusia, tempatnya salah dan khilaf. Tapi bukan berarti anda harus takut menghadapi hidup dan lari kenyataan hidup. Allah memahami hamba-Nya dan Maha Pengampun atas kesalahan hamba-Nya. Yang penting kita sudah berijtihad dengan berdasarkan akal pikiran kita dan juga dasar firman-Nya.
Oleh karenanya, maka tetaplah bersahabat dengan bank. Dan bank itu sekali lagi tidak ada urusannya dengan riba yang sekarang banyak diributkan itu. Seperti juga rokok yang sedang diributkan halal haramnya itu. Kita harus pahami bank secara kontekstual. Fokuslah pada hidup anda ke depan. Bangsa lain, umat lain, sudah berpikir bagaimana memajukan peradaban dunia, bagaimana meningkatkan kualitas hidup manusia, anda masih mau-maunya digiring berpikir mundur dan konyol seperti itu. Jadi, hiduplah berdasarkan kenyataan, dan pada agama lakukanlah tujuan yang dipesankan lewat nabinya: berakhlaklah kharimah. itu Sudah jalan yang terbuka untuk menuju surga-Nya.
Sudah ya, itu saja, semoga anda sudah tidak bimbang lagi ya, kawan-kawan RichPreneur dan alumni EU almamater kebanggaanku!
Alhamdulilah, ini malam Jumat yang indah. Saya bisa menulis agak panjang begini gara-gara banyak inbox dan email yang bertanya soal-soal yang sebenarnya nggak usah dipersoalkan. Dari dulu memang ada kelompok-kelompok islam yang pemahamannya tekstual dan kaku. Tapi nggak papa, nggak perlu heran. Itu alamiah dalam kehidupan.
Jadi, meski ada yang pakai jubah kemana-mana untuk menunjukkan keislamannya, nggak usah takut anda nggak dianggap Islam oleh Tuhan, dan nggak bias masuk surga gara-gara nggak pake sorban dan jubah. Karena yang pakai jubah dan surban itu jaman dulu bukan kaum muslimin saja, kaum kafirin semacam Abu Jahal, Abu Lahab, dll, juga pakai sorban Yang penting diingat bahwa jubah atau sorban itu bukan penentu anda masuk surga atau tidak. Sepanjang akhlak anda kharimah, anda punya peluang masuk surga. simpel kan?
Nah yang nggak suka mikir serius begini dan maunya cuma lucu lucuan saja, ada tempatnya. Gabung aja ke Grup Facebook saya di: Cara Lucu Jadi Pengusaha bersama Prov Among Kurnia Ebo Syaratnya mudah, cukup Share status ini lalu add ke groupnya. Simpel juga kan??? Karena hidup itu memang simpel kok!!!
Lamongan, 1 Ramadhan