BERTAHAN LIMA TAHUN DI KOLN JERMAN, APA SAJA HASILNYA?

Hari masih pagi. Hujan gerimis masih menitis. Tiba-tiba tok-tok, ketukan pintu membangunkan tubuhku. Oh, ada paket rupanya. Dari mana? Amazing! Dapat kiriman dari senior jurnalis

Among K Ebo

Hari masih pagi. Hujan gerimis masih menitis. Tiba-tiba tok-tok, ketukan pintu membangunkan tubuhku.
Oh, ada paket rupanya. Dari mana? Amazing! Dapat kiriman dari senior jurnalis yang mantan ketua AJI Yogya. Pak Haji Doktor Masduki Masduki yang alumnus PhD Munich University Jerman.
Datangnya paket Ini sekaligus sebagai pertanda bahwa buku “Dari Munich ke Cologne : Academic Travelers Notes in Germany” sudah terbit dan beredar luas ke publik. Yang ingin ikut membacanya sudah bisa dicari di toko buku atau marketplace. Tok ped.
Buku ini bercerita tentang pengalaman hidup penulisnya selama lima tahun tinggal di Jerman saat menuntaskan studi doktoralnya.
Secara garis besar ada tiga hal dituliskan dalam buku ini. Pertama, bagaimana caranya surviv di negara Eropa yang mahal dalam kondisi sebagai mahasiswa yang minim keuangan, hanya mengandalkan beasiswa LPDP. Ternyata banyak tips yang bisa dilakukan.
Kedua, aktivitas harian, mulai agenda perkuliahan yang padat, agenda refreshing saat week end, dan agenda ritual keagamaan sebagai minoritas. Termasuk bagaimana memanfaatkan musim libur kuliah untuk backpackeran ke negara-negara lain Eropa supaya tidak kuper.
Ketiga, bagaimana caranya bisa haji cepat dengan memanfaatkan kuota haji negara Jerman yang seringkali banyak bolongnya. Di buku ini Pak Doktor menceritakan detail tipsnya berikut menuliskan organsiasi kemahasiswaan yang mengurus dan biro travel orang-orang Turki yang menjadi agensinya.
Jadi, sungguh beruntung Cak Adink ini, sebutan panggilan saya buat Pak Doktor. Lima tahun kuliah dapat tiga legacy sekaligus.
Gelar Doktor, “Gelar” Haji, dan Buku Traveling yang hari ini telah terbit.
Biasanya, orang yang kuliah di Jerman, rontok “karir studinya” di tengah jalan. Karena, beratnya perkuliahan, gagal beradaptasi dan pengaruh lingkungan yang buruk. Ada yang pulang tanpa gelar, ada yang menjadi imigran gelap, ada yang menjadi ateis atau agnostik. Tak ada satu pun yang membanggakan apalagi sebagai legacy.
Nah, yang pengen meraih dobel-dobel sukses seperti Cak Adink, tentu saja tinggal baca bukunya yang tebalnya 200 halaman yang dilengkapi dengan foto-foto yang fotogenik ini.
Buku ini rasanya wajib baca buat mahasiswa yang sudah mencatatkan salah satu impiannya nanti lanjut studi ke Eropa khususnya Jerman. Bisa menjadi hadiah yang diberikan ke ponakan atau kolega yang anaknya mau berangkat lanjut studi ke luar negeri. Hadiah yang berkelas bukan? Murah harganya tapi mahal ilmu tips and triknya…
……..
Direncanakan buku ini akan dionceki dan didiskusikan di kampus #Klatak University, besok #Selasa 15 November, jam 19.29 WiK. Nanti akan didatangkan juga naraoceh pembanding Edysr Id yang sama-sama pernah menjadi mahasiswa Komunikasi. Biar terkoneksi antargenerasi.
Jika kuliah Klatak nanti tidak terjadi perubahan jadwal maka ini adalah kali kedua pertemuan saya secara fisik dengan Cak Adink. Pertemuan pertama adalah sebelum balada covid. Di suatu siang di pertengahan Mei tahun 2019 di sebuah restoran Turki di pojok Kota Koln, di seberang Katedral tua, kita janjian ketemuan dan berbincang selama dua jam sambil menikmati nasi biryani.
Saat itu saya lagi membawa rombongan group Eurotrip untuk mampir ke Koln (Cologne) untuk mengunjungi Katedral Tua Koln dan Masjid Keong Koln (masjid terbesar di Jerman yang didirikan komunitas Turki). Minggu depan kenangan itu akan kita geret lagi di kekinian. Kok bisa begini ya?
Saat berbincang sambil makan di Koln itu saya ditemani oleh Iving A. Chevny sang pembisik Pak Gub Anies Baswedan, Om Ardhian Denka sang pembisik lingkaran Pak Ganjar, dan Si Beruang Kutub Tony Hardiyanto calon bupati Bojonegoro yang namanya kini lagi ngehits di kota minyak itu. Dan tentu saja tak ketinggalan ada Juragan Fathur si pemuda pengangguran tapi berpenghasilan full. ***
Tante Redia Frisna Rista harus punya buku ini buat si Pinguinnya. Buat inspirasi sekaligus jadi Benchmark ntar kalau sudah balik dari Yurop bisa nulis buku serupa versi sendiri. Apalagi si Pinguin kan mahasiswa Sastra, wajib hukumnya nulis buku, entah fiksi atau nonfiksi, yang berbasis pengalaman hidup pribadi.

Facebook Comments

Among K Ebo

AMONG KURNIA EBO Provokator Bisnis Otak Kanan. Mentor Kaporit di Entrepreneur University. Founder Rich Entrepreneur Academy. Rektor Klathak University Yogyakarta. Pembicara Entrepreneur untuk TKI di berbagai negara (Hongkong, Macau, Jepang, Korea, Kuwait, Dubai, Jeddah, Malaysia, dan Australia). Mentor Bisnis untuk Program MPP di BRI, BNI, Astra, Jasa Raharja, & Semen Gresik). Mantan Wartawan Jawa Pos Group.

Tags

Related Post