tak ada yang lebih menyakitkan daripada menahan rindu yang tertahan
seperti perjalanan kepompong yang berproses menjadi kupu-kupu
harus menahan sakit dan tahan puasa yang berminggu-minggu lamanya
bermetamorfosa, menyendiri dan bertapa, menahan sepi yang tak bertepi
tak ada yang lebih menyakitkan daripada menahan rindu yang tertahan
seperti kemarau panjang yang mengharap akan segera datangnya hujan
ladang-ladang mengering, ranting-ranting meranggas, sumur-sumur tandas
apa yang mereka doakan? jatuhnya rintik hujan jadi oase di padang gersang
tak ada yang lebih menyakitkan daripada menahan rindu yang tertahan
seratus sebelas purnama berlalu dalam empat musim tanpa pertemuan
sedang pohon-pohon flamboyan di sepanjang jalan daunnya sudah berguguran
bunga-bunganya yang merah merekah sudah layu jatuh di tanah rekah
membakar dada menorehkan luka menyisakan getir dalam ingatan kepala
tak ada yang lebih menyakitkan daripada menahan rindu yang tertahan
karena seperti sebuah bait nyanyian: sakitnya tuh disini!
di dalam dada, kedalaman jantung yang berdetak ingin bersua!
ya,
tak ada yang lebih menyakitkan daripada menahan rindu yang tertahan
sedang perjalanan sudah di penutup bulan di penghujung tahun panjang
masihkah harus rindu ini menunggu dalam empat musim berlalu?
sedang memelukmu adalah asa yang sudah tak bisa ditunda!
ya,
tak ada yang lebih menyakitkan daripada menahan rindu yang tertahan
sedang aku tetap setia menunggumu dalam rindu yang mendendam!
Saat Rindu ini Tertahan: Hanya Untuk-Mu!
@dari tepian sungai jernih untuk AWP.
1 Desember 2014, Dari Ansan, pinggiran Korea Selatan.
dalam dingin yang menggigibugill di jelang penghujung tahun