Tepat waktu asar, alhamdulillah sampai juga akhirnya di Cartagena. Pesawat mendarat dengan empuk setelah melintas di atas permukaan laut hampir satu jam.
Setelah dua minggu hidup dalam cuaca yang dingin, saatnya kini menikmati suhu udara panas.
Cartagena adalah kota pelabuhan. Dibangun bangsa Spanyol pada tahun 1900-an. Masih banyak bangunan asli menghiasi kota ini. Kokoh dan menjadi pemandangan yang unik di sepanjang pantai.
Kehidupan masyarakatnya tentu lebih hidup di malam hari. Mirip dengan suasana di Pantai Kuta Bali. Berjajar kafe, restoran, toko souvenir, dan temasuk Hard Rock Cafe yang hanya berjarak 200m dari bibir pantai.
Bagaimana dengan biaya hidup? Ternyata jauh lebih murah dibandingkan dengan harga-harga di kawasan wisata Bali.
Terutama untuk makanan, pakaian, dan termasuk di dalamnya souvenir khas Cartagena.
Cuma satu saja yang tidak ada di sini. Kehidupan komunitas muslim. Ada, tapi bukan di kotanya. Masih harus jalan lagi dengan perjalanan darat sekitar satu jam, barulah ketemu komunitas muslim dan sebuah masjid kecil. Mereka rata-rata imigran dari Libanon, Syiria, dan Palestina.
Komunitas muslim Kolumbia memang lebih banyak berada di Bogota, Medelin, dan San Andres. Dari total 45 juta penduduk Kolumbia, ada sekitar 50.000 komunitas muslim yang kebanyakan tersebar di tiga kota itu.
Mayoritas penduduk Kolombia penganut Katolik Roma. Jumlahnya sekitar 90%. Sisanya adalah aneka agama lainnya. Termasuk Islam yang kurang dari satu persen. Tapi, alhamdulillah, ini bukti bahwa Islam pun ada di setiap negeri, meski nun jauh di Amerika Latin. Bahkan konon di negara Kuba yang komunis pun komunitas muslimnya cukup banyak dan sudah punya dua islamic center yang juga berfungsi sebagai masjid.