Sudah siapkah ANDA untuk KAYA?

KESIAPAN KAYA Tulisan bergizi dari Gus Banan. Pengasuh Pondok Pesantren di Purbalingga Anda simak kisah-kisah sahabat-sahabat baik saya berikut ini.  Arif Rahutomo, kemarin saya diceritai

Among K Ebo

KESIAPAN KAYA

Tulisan bergizi dari Gus Banan. Pengasuh Pondok Pesantren di Purbalingga
Anda simak kisah-kisah sahabat-sahabat baik saya berikut ini. 
Arif Rahutomo, kemarin saya diceritai oleh istrinya, Zakiyah Darojah, jelang nikah Mas Arif punya tabungan 30 juta. 

Sedikitpun dia tidak mau membebankan biaya nikahnya kepada orang tua ataupun saudara yang lain. Dia tanggung sendiri biayanya, dari biaya besanan hingga walimah ditanggung sendiri.

Dihitung, sisa untuk biaya nikah sekitar 10 juta yang rencananya akan Mas Arif pakai untuk menafkahi istri. 

Ternyata rencana Tuhan lain, waktu nikahan Mas Arif sewa mobil dan tabrakan. Dia harus tanggung jawab dengan korban juga dengan kerusakan mobil sewaannya. Tabungan habis, sisa 500 ribu.

Pengantin baru, Mas Arif malah “ndomblong” gigit jari. Saya tidak tahu dia bisa menikmati “malam barunya” atau tidak, sebab stres saldonya habis, soal ini tanya saja sama Mbak Zaki, hahahaha.
Hadi Bvk, ini pemuda nekat. Anak mantan tukang becak, jatuh cinta dengan cewek lulusan kedokteran, anak seorang guru besar sebuah universitas Islam di Jakarta. Melamar anak seorang guru besar tentu ditanya, “Ijazah S3-mu, mana?” Dan lain sebagainya.

Prosesnya panjang, dan jodoh ternyata tidak kemana. Saat mau menikah, Mas Hadi bertekad, “Kalau saya menikahi anak gadis ini, lalu sampai membebankan biaya walau seribu perak kepada calon mertua atau orang tua saya sendiri, saya pilih batal menikah.” Mas Hadi dengan jantan bertekad membiayai semuanya sendiri.
Dua sahabat saya di atas sekarang sudah jadi orang berduit semua. Tetapi yang perlu Anda renungi adalah kesiapan mereka untuk kaya. 
Dua-duanya orang yang bermental berani “bayar”. Padahal kedua orang tua mereka sama-sama masih hidup, sehat wal afiat, namun kesadaran untuk membayar hidup mereka sendiri lalu yang memanggil rezeki berdatangan.

Mas Arif Rh modal status fb, note-note ilmu pemberdayaan di fb dan webb, video iseng, dan ulah-ulah “kampretnya” di dumay ternyata membawanya jalan-jalan ke Eropa, modal fb cukup baginya mengumpulkan saldo rekening milyaran.
Mas Hadi tidak pernah tahu dari mana modal usahanya dengan omset milyaran datang, tidak tahu siapa yang mempromosikan jasa pembuatan film iklan di rumah produksinya, tidak tahu dari mana para pelanggannya datang padanya, tidak tahu market promosi dan akuntansi mana yang dia pakai, yang jelas bisnisnya terus bertumbuh, dan rezeki benar-benar datang dari arah yang tidak pernah disangka-sangka.

Anda membaca kisah di atas seolah itu keajaiban, dan benar itu keajaiban sistem rezeki Tuhan. Dan memang begitulah sistem rezeki Turun. Rezeki sudah melimpah di alam semesta ini, rezeki hanya menunggu kesadaran Anda. Kesadaran itu yang nanti akan membuka kemakmuran itu datang.

Anda siapkan diri Anda untuk kaya, itu yang perlu Anda lakukan untuk kaya. Anda renungi bagaimana resiko menjadi orang kaya? Resikonya jadi orang kaya “membayar” dan bahkan kadang “membayarkan orang lain”. Jadi kesadaran ini yang perlu Anda siapkan untuk menjadi penarik kekayaan.

Mas Arif Rh dan Mas Hadi memang sejak bujangan sudah siap untuk kaya, maka ini keduanya bersikap dan bermental untuk kaya. Keduanya berkarakter “ngebos” untuk membiayai pernikahan. Bos itu karakter “membayar” atau “membayarkan”. 

Nah kesadaran membayar biaya nikahnya sendiri, ini yang kemudian menarik rezeki di kemudian hari dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Saya benar-benar kaget dengan kelakuan Restu Kurniawan dan Destriana Dwi, EO saya untuk event seminar Purwokerto kemarin. Keduanya EO, tapi memilih bayar normal. Saya tanya, “Kok bayar? Nggak lumrah”. Keduanya jawab, “Kami sudah siap untuk kaya, Gus”.

Jadi begitulah karakter orang-orang yang siap kaya. Mereka tidak cari potongan, cari discount, cari bonusan, apalagi gratisan. Dengan sadar mereka memilih “membayar”. 

Bahkan saya dibikin pusing sendiri dengan kelakukan Restu Kurniawan, Destriana Dwi, Muhammad Ferry Yusri, Zakiyah Darojah, Happy Darmawan, Anjani Darmawan, Fenny Van Daboel, dan teman-teman saya lainnya.

Saya pusing cari cara bagaimana saya bisa memberi kepada mereka. Lah iya, mereka itu kalau saya kasih sesuatu, mereka ngasih kembali pada saya. Kasih lagi, ngasih lagi. Kasih lagi, ngasih lagi. Kasih lagi, ngasih lagi. Dan terus tidak ada selesainya. Bahkan saya mungkin menerimanya lebih banyak. 

Saya sampai bilang, “Kurang ajar, kapan saya diberi kesempatan memberi?”

Ya begitulah mental-mental yang sudah menyiapkan diri untuk kaya. Mereka tidak berpikir menerima, tetapi berpikir memberi, tidak bermental menarik, tetapi bermental melimpahkan, persis karakter bos yang siap “membayar” atau “membayarkan”.

Jadi kekayaan dan kemakmuran itu daya tariknya dengan kesadaran Anda sendiri. Yang makmur itu bos. Jadi menyiapkan diri untuk kaya itu sama artinya menyiapkan diri menjadi bos.

Mental masih “dapatkan oleh-oleh”, mental “dapatkan zakat fitrah dan zakat mâl”, mental “dapatkan kondangan”, mental “dapatkan bonusan dan gratisan”, mental “punya orang di dalam”, mental “dapatkan santunan”, mental “dapatkan potongan harga”, mental “menawar tinggi”, mental “ditraktir”, mental “pakai jasa sahabat dekat biar dapat kortingam harga, syukur cukup membalas jasa dengan ucapan terima kasih,” inilah mental-mental kere penghambat datangnya kemurahan rezeki. 

Sebab mental kere itulah doa Anda yang sebenarnya. Goblok kan berdoa untuk jadi kere?

Kemarin saya ngobrol-ngobrol dengan teman-teman peserta di seminar Purwokerto, saya bertanya, “Teman-teman ingin tahu caranya agar bisa lebih kaya dari bos-bos Anda?” 
“Iya, Gus, bagaimana?” Jawab mereka.
“Caranya sering-sering traktir bos Anda kalau Anda sedang makan bareng. Sering-sering beri mereka hadiah,” terang saya.
Lalu saya melanjutkan, “Saya punya mertua kaya, tapi saya nekat tiap bulan memberi pesangon sebagai hadiah dan ungkapan rasa syukur masih dianugerahi bisa hidup bersama orang tua. 

Walau mertua saya tidak begitu butuh diberi pesangon oleh anak yang masih baru bertumbuh finansialnya, tetapi saya berpikir, ‘Halah orang kaya dikasih duit pasti seneng’. 
Dan efek dari mental memberi saya kepada orang yang lebih kaya, ternyata secara perlahan penghasilan bulanan saya melampoi mertua. 

Jadi jika ingin lebih kaya dari bos kalian, traktir dan beri hadiah bos-bos kalian, jangan terus-terusan bos kalian yang menraktir dan memberi hadiah kepada kalian,” pungkas saya.
Sudah siapkah Anda untuk kaya? 

.

SHARE jika bermanfaat…..

Facebook Comments

Among K Ebo

AMONG KURNIA EBO Provokator Bisnis Otak Kanan. Mentor Kaporit di Entrepreneur University. Founder Rich Entrepreneur Academy. Rektor Klathak University Yogyakarta. Pembicara Entrepreneur untuk TKI di berbagai negara (Hongkong, Macau, Jepang, Korea, Kuwait, Dubai, Jeddah, Malaysia, dan Australia). Mentor Bisnis untuk Program MPP di BRI, BNI, Astra, Jasa Raharja, & Semen Gresik). Mantan Wartawan Jawa Pos Group.

Tags

Related Post