Menularkan Virus Entrepreneur Untuk Komunitas TKI 

Saat ini setidaknya ada 6,2 juta warga Indonesia yang hidup di luar negeri menjadi TKI. Apa boleh buat sempitnya lapangan kerja di Indonesia yang menjadi

Among K Ebo

Saat ini setidaknya ada 6,2 juta warga Indonesia yang hidup di luar negeri menjadi TKI. Apa boleh buat sempitnya lapangan kerja di Indonesia yang menjadi alasan mereka pergi ke berbagai belahan dunia. Demi sesuap nasi, demi tegaknya ekonomi keluarga mereka rela meninggalkan tanah air untuk waktu yang tidak pendek. Terkadang harus meninggalkan anak, isteri, atau suami bagi yang sudah berkeluarga.

Tentu hal seperti ini bukannya tanpa masalah. Bekerja sebagai TKI/TKW di luar negeri adalah keputusan yang mungkin bagiakan buah simalakama. Jika harus memilih mungkin mereka lebih suka tinggal di tanah air sendiri. Tapi, karena tidak ada lapangan kerja yang menampung mereka, maka menjadi buruh migran adalah pilihan yang tak terelakkan.

Beruntung jika selama menjadi TKI di luar negeri mereka mendapatkan tempat yang nyaman dan perlakuan yang manusiawi. Masalah mereka paling hanya satu: rindu tanah air, rindu dengan keluarga yang belum tentu setiap tahun bisa ketemu muka. Tapi, banyak pula di antara mereka yang nasibnya tidak selalu mujur. Tertekan, bekerja tak sesuai harapan, gaji yang tak kunjung dibayarkan, menjadi korban fitnah, bahkan tak jarang ada yang menjadi korban kriminalisasi.

Migrant Care misalnya pernah mencatat sepanjang tahun 2013 tak kurang dari 968 kasus pemerkosaan menimpa TKW di Malaysia. Itu artiny dalam sehari ada 3 wanita Indonesia yang menjadi korban pemerkosaan di negeri jiran itu. Di Arab Saudi banyak pula kasus seperti ini dan sebagian di antaranya bahkan melahirkan anak, yang tidak jelas menjadi tanggung jawab siapa si anak ini.

Dan tentu masih banyak lagi dampak yang kurang bagus yang muncul sebagai efek dari fenomena TKI ini. Setidak-tidaknya, bagi yang pergi meninggalkan keluarganya dalam tempo waktu yang lama, bisa menimbulkan masalah rumah tangga. Mulai hilangnya intimitas kasih sayang keluarga, terlantarnya anak karena tak ada lagi ibu yang mengurus setiap harinya, munculnya perselingkuhan karena faktor jarak, sampai akhirnya terjadinya perceraian yang tak terelakkan. Ini adalah fakta-fakta yang tak bisa kita pungkiri.

Lantas apakah dengan demikian, kita tak boleh mengirimkan TKI ke luar negeri? Apakah warga yang ingin bekerja di liuar negeri harus dilarang? Tentunya, kita tak bisa sesaklek demikian itu. Tapi, paling tidak, kita memerlukan usaha-usaha atau langkah-langkah agar dampak-dampak negatif semacam itu semakin terkurangi, bisa diminimalisir semaksimal mungkin.

kalau saya sendiri, punya rumusan demikian. Bolehlah, para ibu atau para bapak, yang memang tidak mendapatkan lapangan kerja di Indonesia, pergi keluar negeri mencari nafkah. tapi, jangan lama-lama. apalagi akan seumur hidup bekerja di sana. Janganlah begitu. Bekerja di luar negeri sebagai TKW atau TKI itu boleh saja. Tapi, upayakan maksimal tiga tahun, paling lama lima tahunlah. itu masih bisa ditoleransi. Jika bisa lebih cepat tentu akan lebih baik.

Waktu 3-5 tahun saya kira cukup untuk menyisihkan sebagian gaji untuk ditabung. Dalam 3-5 tahun itu, sudah ada tabungan yang cukup untuk pulang. Untuk apa uangnya? Ya, harus dipakai untuk keperluan produktif. Jangan untuk mempermegah rumah dulu, jangan untuk beli mobil dulu, jangan untuk membeli benda-benda mahal sebagai simbol kesuksesan dahulu. Uang itu harus dipakai untuk buka usaha. Untuk berbisnis.

Dengan begitu uangnya tidak akan langsung habis, tapi bisa diputar dan akhirnya terus berkembang. Semakin usahanya tumbuh, semakin uangnya akan bertambah, dan itu berarti kesejahteraannya makin meningkat. Ya, mereka bisa sejahtera juga tanpa harus pergi ke luar negeri, Mereka bisa punya penghasilan yang cukup tanpa harus pergi jauh meninggalkan anak dan isteri. Mereka bisa membangun keluarga yang utuh dengan income yang bagus pula di kampung sendiri.

Masalahnya sekarang, ketika hendak buka bisnis, mereka kadang bingung memulainya. Mereka juga tidak tahu harus kemana hendak bertanya. Uang ada, tapi ilmu bisnis belum punya. Apalagi komunitas untuk tempat bertanya atau berkonsultasi, mereka pasti tidak mengerti. Sebagian akhirnya nekad buka usaha begitu saja tanpa membekali diri dengan ilmu, tanpa bertanya kepada mentor yang tepat, tanpa bergabung dengan komunitas yang mau berbagi ilmu-ilmu bisnis. Ujungnya, bukannya usahanya maju pesat, yang terjadi malah jalannya kembang kempis dan akhirnya kolaps. Uangnya pun habis, dan akhirnya mereka berangkat lagi menjadi TKI ke luar negeri.

Tentu kita prihatin melihat fenomena-fenomena buram seperti itu. Tentu, hal-hal yang buruk itu tidak boleh kita biarkan terus menerus berlangsung. Harus ada upaya-upaya untuk mencegahnya, memperbaiki keadaan yang ada.

Itulah sebabnya saya tergerak memberikan pelatihan atau seminar entrepreneur untuk teman-teman TKI. Saya pengen berbagi ilmu bisnis kepada saudara-saudara kita yang berjuang keras di luar negeri itu. Kebetulan, selain berbisnis, saya punya hobi traveling, hobi jalan-jalan, suka backpackeran ke negara-negara yang ingin saya kunjungi. Nah, sambil menyalurkan hobi, saya coba memberi nilai tambah pada traveling saya: berbagi ilmu bisnis!

Harapannya, dengan pancingan ilmu entrepreneur ini mereka akan tertarik untuk segera kembali ke tanah air begitu modal sudah terkumpul. Mengapa? Karena yang saya ajarkan adalah ilmu triknya. Jadi, bukan sekedar pengetahuan atau motivasi. Yang saya paparkan adalah langsung step by step bagaimana membangun bisnis, bagaimana mempromsikannya, bagaimana mengembangkannya hingga bercabang-cabang, hingga bagaimana cara mengakses permodalan dari perbankan. Sehingga begitu pulang mereka sudah cukup bekal awal untuk memulai buka usaha secara benar.

Alhamdulillah, akhir September 2014 nanti saya punya kesempatan jalan-jalan lagi terbang ke Korea Selatan. Insyaallah, saya akan berbagi ilmu trik bisnis dengan kawan-kawan TKI di Busan, kota terbesar kedua setelah Seoul, yang merupakan kota industri di Korea Selatan. Tempatnya di aula Masjid Pumita yang selama ini memang sering dipakai untuk acara pengajian atau kumpul-kumpul organisasi. Mohon doanya, semoga membawa kemanfaatan dan keberkahan untuk semuanya! Amiinn!!!
korea_selatan

Facebook Comments

Among K Ebo

AMONG KURNIA EBO Provokator Bisnis Otak Kanan. Mentor Kaporit di Entrepreneur University. Founder Rich Entrepreneur Academy. Rektor Klathak University Yogyakarta. Pembicara Entrepreneur untuk TKI di berbagai negara (Hongkong, Macau, Jepang, Korea, Kuwait, Dubai, Jeddah, Malaysia, dan Australia). Mentor Bisnis untuk Program MPP di BRI, BNI, Astra, Jasa Raharja, & Semen Gresik). Mantan Wartawan Jawa Pos Group.

Tags

Related Post